Internet Marketing Submit Express Inc.Search Engine Optimization fat burners how to get rid of dark circles totok_analis_kesehatan: kimia analitik

Search This Blog

Tuesday 11 January 2011

kimia analitik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan hampir tak sebanyak titrasi yang melibatkan reaksi asam basa dalam analisis titrimetri. Memang titrasi seperti itu biasanya terbatas pada titrasi yang melibatkan pengendapan ion perak dengan anion contohnya halogen dan tiosianat. Reaksi semacam itu terbatas karena kurangnya indikator yang cocok.
Ketika titik kesetaraan dihampiri dan titran ditambahkan dengan lambat, tak terdapat kelewatjenuhan yang tinggi dan pengendapan dapat sangat perlahan-lahan. Suatu kesulitan lain adalah bahwa susunan endapan seringkali tidak diketahui karena pengaruh kopresipitasi. Meskipun kopresipitasi ini dapat diminimalkan, hal ini tidak mungkin dalam titrasi-langsung yang melibatkan pembentukan suatu endapan.
Pada metode argentometri titrasi ini melibatkan reaksi pengendapan hampir tak sebanyak titrasi ang melibatkan reaksi asam basa dalam analis titrimetri. Memang dalam perkuliahan pendahuluan contoh – contoh titrasi semacam itu biasanya terbatas pada titrasi yang melibtakan penendapan ion perak dengan anion seperti halogen dan tiosianat. Salah satu alasan mengapa penggunaan reaksi semacam itu terbatas adalah kurangnya indikator yang cocok. Dalam beberapa kasus, terutama dalam titrasi larutan encer, laju reaksi terlalu rendah sehingga titrasi itu merepotkan. Ketika titik kesetaraan dihampiri dan titran ditambahkan dengan lambat, tak terdapat kelewatjenuhan yang tinggi dan pengendapan dapat sangat perlahan – lahan. Suatu kesulitan lain adalah bahwa susunan endapan sering kali tidak diketahui karena pengaruh kopresipitasi. Meskipun kopresitipasi ini dapat diminimalkan atau dikoreksi sebagian oleh proses semacam penuaan endapan, hal ini tidak mungkin dalam titrasi langsung yang melibatkan pembentukan suatu endapan.
Titrasi metode argentomentri merupakan titrasi yang didasarkan dengan pembentukan endapan pereaksi perak nitrat (Argentinitrat). Salah satu hal yang dikaitkan dengan titrasi pengendapan adalal mencari indikator yang sesuai. Dalam titrasi yang melibatkan garam perak, terdapat 3 indikator yang telah digunakan dengan berhasil selam bertahun-tahun.
Metode Mohr menggunakan ion kromat (CrO42-) untuk mengendapkan Ag2CrO4 yang coklat. Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk kompleks berwarna dengan ion tiosianat (SCN-). Metode Fajans memanfaatkan “indikator-indikator adsorpsi”.
Adapun beberapa metode yang sering digunakan pada titrasi metode Argentometri :
1. Metode Mohr (Pembentukan Endapan Berwarna)
Seperti sistem asam basa dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi asam basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan.
Pengendapan indikator terjadi pada atau di dekat titik kesetaraan titrasi itu. Perak kromat lebih dapat larut sekitar 8,4 x 10-5 mol/liter daripada perak klorida sekitar 1 x 10-5 mol/liter. Jika ion perak ditambahkan kedalam suatu larutan yang mengandung ion klorida dengan konsentrasi tinggi dan ion kromat dengan konsentrasi rendah, maka perak klorida akan mengendap terlebih dulu. Perak kromat baru akan terbentuk bila konsentrasi ion perak meningkat cukup tinggi.
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6-10. Dalam larutan yang lebih basa perak klorida akan mengendap. Dalam larutan asam, konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4- hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula hydrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat.
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat, dan karenanya menimbulkan galat yang besar.
Metode Mohr depat juga diterapkan untuk titrasi ion bromida dengan perak, dan ion sianida dalam larutan yang sedikit agak basa. Efek adsorpsi menyebabkan titrasi ion iodida dan tiosianat tidak layak. Perak tak dapat dititrasi langsung dengan ion klorida, dengan menggunakan indikator kromat.
2. Metode Volhard (Pembentukan Kompleks Berwarna)
Metode Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion besi(III) untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat.
Metode ini dapat digunakan untuk titrasi langsung perak dengan larutan tiosianat standar atau untuk titrasi tidak langsung ion klorida. Anion asam lemah seperti oksalat, karbonat, dan arsenat yang garam-garam peraknya dapat larut dalam asam dapat ditetapkan dengan pengendapan pada pH yang lebih tinggi dan penyaringan garam peraknya. Endapan tersebut kemudian dilarutkan dalam asam nitrat dan peraknya dititrasi langsung dengan tiosianat.
Metode Volhard digunakan secara meluas untuk perak dan klorida karena titrasi itu dapat digunakan dalam larutan asam. Digunakannya medium asam karena untuk mencegah hidrolisis indikator ion besi(III). Metode-metode lain yang lazim untuk perak dan klorida memerlukan larutan yang hampir netral agar titrasinya berhasil. Banyak kation mengendap pada kondisi seperti ini, salah satunya merkurium yang merupakan satu-satunya kation yang lazim yang mengganggu metode Volhard ini. Sedangkan asam nitrit menggangu dalam titrasi karena bereaksi dengan tiosianat dan menghasilkan warna merah peralihan.
Dalam titrasi langsung perak dengan tiosianat, terdapat dua sumber galat yang ringan. Pertama, endapan perak tiosianat mengadsorpsi ion perak pada permukaannya, sehingga menyebabkan titik akhir terjadi teralalu dini. Kedua, perubahan warna yang menandai titik akhir terjadi pada suatu konsentrasi tiosianat yang sedikit melebihi konsentrasi pada titik kesetaraan.

3. Metode Fajans
Bila suatu senyawa organik yang berwarna diadsorpsi pada permukaan suatu endapan, dapat terjadi modifikasi struktur organiknya, dan warna itu dapat sangat berubah menjadi lebih tua. Gejala ini dapat digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi pengendapan garam perak. Senyawa organik yang digunakan dengan cara tersebut dirujuk sebagai “indikator adsorpsi”.
Fajans yang menemukan fakta bahwa fluoresensi dan beberapa fluoresensi tersubtitusi dapat bertindak sebagai indikator untuk titrasi perak. Jika perak nitrat ditambahkan kedalam suatu larutan natrium klorida, partikel perak klorida yang sangat halus cenderung mengadsorpsi sejumlah ion klorida berlebihan yang ada dalam larutan tersebut. Ion-ion klorida ini dikatakan membentuk lapisan teradsorpsi primer dan menyebabkan partikel koloid perak klorida bermuatan negatif. Sedangkan jika perak nitrat terus-menerus ditambahkan sampai ion peraknya berlebih, ion-ion ini akan menggantikan ion klorida dalam lapisan primer. Maka partikel menjadi bermuatan positif, dan anion dalam larutan ditarik untuk membentuk lapisan sekunder.












1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini yaitu metode-metode yang dipakai dalam proses titrasi metode argentometri dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelarutannya.

1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang cara kerja dari titrasi metode argentometri, dan bentuk dari hasil yang didapat dalam menggunakan metode tersebut.

1.4 METODE PENULISAN
Karena keterbatasan waktu, kami hanya menggunakan metode studi pustaka.



















BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Kerja
Pada metode argentometri titrasi ini melibatkan reaksi pengendapan hampir tak sebanyak titrasi ang melibatkan reaksi asam basa dalam analis titrimetri. Memang dalam perkuliahan pendahuluan contoh – contoh titrasi semacam itu biasanya terbatas pada titrasi yang melibtakan penendapan ion perak dengan anion seperti halogen dan tiosianat. Salah satu alasan mengapa penggunaan reaksi semacam itu terbatas adalah kurangnya indikator yang cocok. Dalam beberapa kasus, terutama dalam titrasi larutan encer, laju reaksi terlalu rendah sehingga titrasi itu merepotkan. Ketika titik kesetaraan dihampiri dan titran ditambahkan dengan lambat, tak terdapat kelewatjenuhan yang tinggi dan pengendapan dapat sangat perlahan – lahan. Suatu kesulitan lain adalah bahwa susunan endapan sering kali tidak diketahui karena pengaruh kopresipitasi. Meskipun kopresitipasi ini dapat diminimalkan atau dikoreksi sebagian oleh proses semacam penuaan endapan, hal ini tidak mungkin dalam titrasi langsung yang melibatkan pembentukan suatu endapan.

2.2 Landasan Teori
Titrasi metode argentomentri merupakan titrasi yang didasarkan dengan pembentukan endapan pereaksi perak nitrat (Argentinitrat). Salah satu hal yang dikaitkan dengan titrasi pengendapan adalal mencari indikator yang sesuai. Dalam titrasi yang melibatkan garam perak, terdapat 3 indikator yang telah digunakan dengan berhasil selam bertahun-tahun.
Metode Mohr menggunakan ion kromat (CrO42-) untuk mengendapkan Ag2CrO4 yang coklat. Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk kompleks berwarna dengan ion tiosianat (SCN-). Metode Fajans memanfaatkan “indikator-indikator adsorpsi”.
Adapun beberapa metode yang sering digunakan pada titrasi metode Argentometri :

1. Metode Mohr (Pembentukan Endapan Berwarna)
Seperti sistem asam basa dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi asam basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan.
Pengendapan indikator terjadi pada atau di dekat titik kesetaraan titrasi itu. Perak kromat lebih dapat larut sekitar 8,4 x 10-5 mol/liter daripada perak klorida sekitar 1 x 10-5 mol/liter. Jika ion perak ditambahkan kedalam suatu larutan yang mengandung ion klorida dengan konsentrasi tinggi dan ion kromat dengan konsentrasi rendah, maka perak klorida akan mengendap terlebih dulu. Perak kromat baru akan terbentuk bila konsentrasi ion perak meningkat cukup tinggi.
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6-10. Dalam larutan yang lebih basa perak klorida akan mengendap. Dalam larutan asam, konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4- hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula hydrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat.
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat, dan karenanya menimbulkan galat yang besar.
Metode Mohr depat juga diterapkan untuk titrasi ion bromida dengan perak, dan ion sianida dalam larutan yang sedikit agak basa. Efek adsorpsi menyebabkan titrasi ion iodida dan tiosianat tidak layak. Perak tak dapat dititrasi langsung dengan ion klorida, dengan menggunakan indikator kromat.




2. Metode Volhard (Pembentukan Kompleks Berwarna)
Metode Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion besi(III) untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat.
Metode ini dapat digunakan untuk titrasi langsung perak dengan larutan tiosianat standar atau untuk titrasi tidak langsung ion klorida. Anion asam lemah seperti oksalat, karbonat, dan arsenat yang garam-garam peraknya dapat larut dalam asam dapat ditetapkan dengan pengendapan pada pH yang lebih tinggi dan penyaringan garam peraknya. Endapan tersebut kemudian dilarutkan dalam asam nitrat dan peraknya dititrasi langsung dengan tiosianat.
Metode Volhard digunakan secara meluas untuk perak dan klorida karena titrasi itu dapat digunakan dalam larutan asam. Digunakannya medium asam karena untuk mencegah hidrolisis indikator ion besi(III). Metode-metode lain yang lazim untuk perak dan klorida memerlukan larutan yang hampir netral agar titrasinya berhasil. Banyak kation mengendap pada kondisi seperti ini, salah satunya merkurium yang merupakan satu-satunya kation yang lazim yang mengganggu metode Volhard ini. Sedangkan asam nitrit menggangu dalam titrasi karena bereaksi dengan tiosianat dan menghasilkan warna merah peralihan.
Dalam titrasi langsung perak dengan tiosianat, terdapat dua sumber galat yang ringan. Pertama, endapan perak tiosianat mengadsorpsi ion perak pada permukaannya, sehingga menyebabkan titik akhir terjadi teralalu dini. Kedua, perubahan warna yang menandai titik akhir terjadi pada suatu konsentrasi tiosianat yang sedikit melebihi konsentrasi pada titik kesetaraan.








3. Metode Fajans
Bila suatu senyawa organik yang berwarna diadsorpsi pada permukaan suatu endapan, dapat terjadi modifikasi struktur organiknya, dan warna itu dapat sangat berubah menjadi lebih tua. Gejala ini dapat digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi pengendapan garam perak. Senyawa organik yang digunakan dengan cara tersebut dirujuk sebagai “indikator adsorpsi”.
Fajans yang menemukan fakta bahwa fluoresensi dan beberapa fluoresensi tersubtitusi dapat bertindak sebagai indikator untuk titrasi perak. Jika perak nitrat ditambahkan kedalam suatu larutan natrium klorida, partikel perak klorida yang sangat halus cenderung mengadsorpsi sejumlah ion klorida berlebihan yang ada dalam larutan tersebut. Ion-ion klorida ini dikatakan membentuk lapisan teradsorpsi primer dan menyebabkan partikel koloid perak klorida bermuatan negatif. Sedangkan jika perak nitrat terus-menerus ditambahkan sampai ion peraknya berlebih, ion-ion ini akan menggantikan ion klorida dalam lapisan primer. Maka partikel menjadi bermuatan positif, dan anion dalam larutan ditarik untuk membentuk lapisan sekunder.


- Faktor yang Mempengaruhi Pelarutan

a. Temperatur
Kebanyakan garan anorganik, bila temperaturnya dinaikkan maka kelarutannya meningkat. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan larutan panas dalam kelarutan endapan yang masih dapat diabaikan pada temperatur tinggi. Tetapi dalam hal senyawa yang agak dapat larut seperti magnesium ammonium fosfat, larutan itu harus didinginkan dalam air es sebelum penyaringan. Kuantitas senyawa yang berarti mungkin akan hilang jika larutan disaring pada wakru panas.


b. Pelarut
Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada pelarut organik. Air mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi. Ion-ion dalam Kristal tidak memiliki gaya tarik yang besar terhadap molekul pelarut organik. Oleh karena itu, kelarutannya lebih rendah dibandingkan kelarutan dalam air.

c. Efek Ion Sekutu
Suatu endapan umumnya lebih dapat larut dalam air murni daripada dalam suatu larutan yang mengandung salah satu ion endapan. Pentingnya efek ion sekutu dalam mengendapkan secara lengkap dalam analisis kuantitatif akan tampak dengan mudah. Dalam mencuci suatu endapan dimana susut karena melarut mungkin cukup berarti, dapat digunakan suatu ion sekutu dalam cairan pencuci untuk mengurangi kelarutan. Ion itu harus ion dari zat pengendap bukan dari ion yang sedang diselidiki.

d. Pengaruh Aktivitas
Banyak endapan menunjukkan kelarutan yang meningkat dalam larutan yang mengandung ion-ion yang bereaksi secara kimia dengan ion-ion endapan. Dalam larutan elektrolit yang lebih pekat, koefisien aktivitas berkurang dengan cepat karena lebih besarnya gaya tarik antara ion dengan muatan yang lebih besar. Keefektifan ion-ion dalam memelihara kondisi kesetimbangan menjadi berkurang dan endapan tambahan harus melarut untuk mengembalikan aktivitas. Efek aktivitas tidak menyebabkan masalah yang serius karena umumnya kondisi dipilih sedemikian rupa agar susut dari kelarutan kecil sehingga dapat diabaikan. Jarang diperlukan untuk membuat pengendapan dari dalam suatu larutan garam yang konsentrasinya sangat tinggi.

e. Pengaruh pH
Kelarutan garam dari asam lemah bergantung pada pH larutan. Beberapa contoh dari garam kimia analisis adalah oksalat, sulfida, hidroksida, karbonat, dan fosfat. Ion hydrogen bersenyawa dengan anion suatu garam untuk membentuk asam lemah, sehingga dapat meningkatkan kelarutan garam. Biasanya digunakan buffer dengan pH antara 2,3 dan 9,1 untuk mengurangi kenaikan konsentrasi ion hidroksida. Lebih baik lagi pH dapat ditingkatkan secara bertahap dengan hidrolisis zat seperti urea.

f. Pengaruh Hidrolisis
Kation suatu garam dapat mengalami hidrolisis tepat sama seperti anion, dan hidrolisis ini juga akan meningkatkan kelarutan.

g. Efek Kompleks
Kelarutan garam yang sedikit sekali dapat larut bergantung pada konsentrasi zat-zat yang membentuk kompleks dengan kation garam itu. Pengaruh hidrolisis yang merupakan contoh zat pengkompleks adalah ion hidroksida. Zat-zat pengkompleks yang biasanya diuraikan adalah molekul netral dan anion, baik sekutu maupun tidak bagi endapan itu. Salah satu contoh yang paling dikenal dalam kimia analisis adalah efek ammonia pada kelarutan perak halida terutama perak klorida. Banyak endapan membentuk kompleks yang dapat larut dengan ion dari zat pengendap itu sendiri. Mula-mula kelarutan menurun karena efek ion sekutu, melewati suatu minimum, dan kemudian naik karena pembentukan kompleks menjadi berarti. Perak klorida membentuk kompleks baik dengan perak maupun dengan ion klorida.



2.3 Prosedur Kerja
Pembuatan Larutan Baku Sekunder AgNO3 0,1 N
gr = N x V x BE
= 0,1 x 500ml x 169,8
= 8,49 gr
- Timbang seksama 8,5 gr AgNO3 yang telah dikeringkan pada suhu 120oC selama 2 jam.
- Masukkan ke beaker glass telebih dahulu, larutkan dengan sedikit aquadest
- Pindahkan ke labu ukur 500ml, add kan.
Pembuatan Larutan Baku Primer NaCl 0,01N
gr = N x V x BE
= 0,01N x 500ml x 58,5
= 0,29 ~ 0,3 gr
- Timbang seksama 0,3gr NaCl, masukkan ke dalam beaker glass.
- Larutkan dengan sedikit aquadest.
- Pindahkan ke labu ukur 500ml, add kan.

Pembakuan Larutan AgNO3 Dengan NaCl0,01N
- Pipet 10ml NaCl 0,01N, masukkan ke erlenmeyer
- Tambahkan indikator K2CrO4 5% 1ml
- Titrasi sampai terbentuk TAT

Pembakuan Larutan AgNO3 Dengan Larutan Blanko
- Pipet 10mllarutan blanko, masukkan ke erlenmeyer
- Tambahkan indikator K2CrO4 5% 1ml
- Titrasi sampai terbentuk TAT

Contoh :
Dik : Titrasi dengan NaCl 0,01N
V1 = 9,8ml
V2 = 9,7ml
V = 9,75ml
Titrasi dengan laruta blanko
V1 = 1,1ml
V2 = 1,4ml
V = 1,25ml
Volume = 9,75ml – 1,25ml
= 8,5ml
Dit :Normalitas AgNO3 ???
N1 x V1 = N2 x V2
0,01 x 10 = N2 x 8,5ml
N2 = 0,0118 N

Penetapan Kadar NACl 1%
- Cara Kerja :
1. Pipet 10ml NaCl 1% ke dalam ke erlenmeyer
2. Tambah indikator K2CrO4
3. Titrasi hingga mencapai TAT

- Perhitungan :
Dik : V1 = 177,7ml
V2 = 172, 8ml
V = 175,25 ml
Dit : % w/v ???
Jawab :
Mgrek NaCl = mgrek AgNO3
= 0,0118 x 175,25
= 2,068 mgrek
%w/v = mgrek NaCl 1% x BE x 0,001gr x 100%
Vol. pemipetan
= 2,068 x 58,5 x 0,001gr x100%
10ml
= 1,2098 %w/v



Penetapan Kadar NaCl 0,9% ( infus )
- Cara Kerja :
1. Pipet 5ml NaCl 0,9% ke dalam ke erlenmeyer
2. Tambah indikator K2CrO4 5%
3. Titrasi hingga mencapai TAT

- Perhitungan :
Dik : V1 = 120,5 ml
V2 = 120 ml
V = 120,25 ml
Dit : % w/v ???
Jawab :
Mgrek NaCl = mgrek AgNO3
= 0,0118 x 120,25
= 1,41895 mgrek
%w/v = mgrek NaCl 0,9% x BE x 0,001gr x 100%
Vol. pemipetan
= 1,41895 x 58,5 x 0,001gr x100%
10ml
= 1,6602 %w/v











BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Pada titrasi metode Argentometri ada berbgai cara untuk menentukan TAT. Macam – macam caranya :
1. Cara Langsung / Metode Mohr
Tirasi dilakukan dalam suasana netral / sedikit basa.
Indikator yang digunakan K2CrO4 5%
2. Cara Tidak Langsung / Metode Volhrad
Indikator yang digunakan Fe(NO3)3
3. Cara K. Fajans
Baku primer NH4CNS. Yang dilihat pada cara ini ialah penyerapannya bukan endapan.
Contoh hasil dari pratikum ialah normalitas sebenarnya dari AgNO3 = 0,0118N dan kadar sampel NaCl 1% = 1,2098 %w/v serta NaCl 0,9% = 1,6602 %w/v.

No comments:

Post a Comment