Internet Marketing Submit Express Inc.Search Engine Optimization fat burners how to get rid of dark circles totok_analis_kesehatan

Search This Blog

Tuesday 11 January 2011

syndrom

BAB I

PENDAHULUAN

1. Pengertian Sindrom ( Kelainan Genetika )
Kelainan dan penyakit genetik mempunyai pengertian yang berbeda. Kelainan genetik (genetic abnormality) merupakan penyimpangan dari sifat umum atau sifat rata-rata manusia. Oleh karena terjadi penyimpangan genetik, maka orang yang mengalami kelainan genetik biasanya jarang atau tidak umum dijumpai dalam masyarakat.
Sedangkan penyakit genetik (genetic disorder) merupakan penyakit yang muncul karena tidak berfungsinya faktor-faktor genetik yang mengatur struktur dan fungsi fisiologi tubuh manusia.
Sindrom dalam ilmu kedokteran dan psikologi adalah kumpulan dari beberapa ciri-ciri klinis, tanda-tanda, simtoma, fenomena, atau karakter yang sering muncul bersamaan. Kumpulan ini dapat meyakinkan dokter dalam menegakkan diagnosa.
Istilah sindrom dapat digunakan hanya untuk menggambarkan berbagai karakter dan gejala, bukan diagnosa. Namun terkadang, beberapa sindrom dijadikan nama penyakit, seperti Sindrom Down.
Kata sindrom berasal dari yang berarti "berlari bersama", seperti yang terjadi pada kumpulan tanda tersebut. Istilah ini sering digunakan untuk merujuk kumpulan tanda klinik yang masih belum diketahui penyebab. Banyak sindrom yang dinamakan sesuai dengan dokter yang dianggap menemukan tanda-tanda itu pertama kali. Selain itu dapat juga diambil dari nama lokasi, sejarah, dan lainnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan syndrome atau kelainan-kelainan genetika, dibagi menjadi 2 ( dua ) bagiam, antara lain:
a. Faktor Intern, antara lain:
1. Mutasi Kromosom ( mutasi gen );
2. Suhu dan temperatur yang terlalu tinggi;
3. Sterss berat;
4. dan kesalahan metabolisme ( pertukaran zat di dalam tubuh )
b. Faktor Ekstern, antara lain:
1. Pengaruh lingkungan;
2. Infeksi;
3. dan akibat bahan-bahan kimia yang dikonsumsi baik melalui makanan/minuman ataupun obat-obatan.
Syndrom pada sseorang atau pada keturunan adalah sebagai akibat dari:
1. Kehilangan satu buah dari kromosom seks
2. Kelebihan satu buah dari kromosom seks
3. Kelainan pada salah satu kromosom Autosom

Syndrom ditemukan oleh beberapa ahli, sebagai berikut :








BAB II

PEMBAHASAN

1. Sindrom Down
Sindrom down pertama kali diperkenalkan oleh J.L Down (1866). Jumlah kromosomnya adalah 47 (45A+XX) atau (45A+XY). Peristiwa ini terjadi pada kromosom triploid.
Ciri-ciri dari orang yang terkena sindrom down :
1. cacat mental dan kepekaan yang tinggi terhadap leukemia
2. menampakkan wajah bodoh dan reaksi refleksnya lamban
3. IQ rendah, criteria tertinggi hanya 69
4. pigmentasi rambut dan kulitnya tidak sempurna
5. tubuhnya pendek dan cacat jantung
6. kerentanan terhadap infeksi saluran pernafasan

2. Sindrom Patau
Sindrom pantau memiliki jumlah kromosom 47 (45A+XX atau 45A+XY).
Ciri-ciri orang terkena sindrom pantau :
1. kepalanya kecil
2. bibir sumbing dan langit-langit bercelah
3. tuli dan mengalami kelainan jantung
4. IQ nya rendah
3. Galaktosemia
Sekitar setiap 100.000 kelahiran, ada satu sel homozigot resesif yang menyebabkan galaktosemia (gg). Galaktosemia disebabkan tidak dapat menggunakan galaktosa (laktosa dari ASI ibu). Individu yang terkena kelainan ini, tubuhnya tidak dapat menghasilkan enzim yang dapat memecah laktosa. Gejala galaktosemia adalah malnutrisi, diare, dan muntah-muntah. Gejala ini dapat di deteksi dengan pemeriksaan sampel urine.

4. Akondroplasia
Akondroplasia (achondroplasia) merupakan suatu karakter kekerdilan. Akondroplasia disebabkan oleh tidak terbentuknya komponen tulang rawan pada kerangka tubuh secara benar, sehingga tidak dapat tumbuh membesar. Individu akondroplasia dewasa mempunyai kaki dan lengan yang tidak normal (pendek) dengan tinggi kurang dari 1,2 meter. Tetapi individu akondroplasia dengan alel heterozigot masih dapat bereproduksi.

5. Hemofilia
Hemofilia memiliki sejarah yang menarik. Orang-orang Yahudi kuno pasti telah memiliki sedikit pemahaman mengenai pola hereditas hemofilia, karena anak laki-laki yang dilahirkan oleh para perempuan yang memiliki keturunan hemofilia dari keluarganya dibebaskan dari kewajiban untuk disunat.
Hemofilia merupakan sifat resesif yang disebabkan oleh tidak adanya protein tertentu yang diperlukan untuk penggumpalan darah. Para penderita hemofilia mengalami pendarahan yang berlebihan ketika terluka. Individu yang memiliki kelainan hemofilia yang sangat serius dapat mengalami pendarahan sampai mengalami kematian akibat luka kecil seperti lecet, memar, teriris, dan lain-lain. Penyakit ini lebih banyak diderita oleh laki-laki.


6. Buta Warna
Buta warna adalah kelainan pada retina mata seseorang, yaitu pada sel kerucutnya tidak peka terhadap cahaya yang berwarna. Ada dua macam penderita buta warna :
1. Buta Warna Partia / Sebagian
Penderita tidak dapat mengenal warna tertentu misalnya hijau atau merah.
2. Buta Warna Total
Penderita tidak dapat membedakan semua jenis warna, sehingga dunia hanya tampak hitam dan putih saja.

7. Sindrom Turner
Yaitu kehilangan satu buah dari kromosom seks pada wanita yaitu XX menjadi XO. Syndrom ini banyak dijumpai di Indonesia dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pada sisi leher tumbuh seperti sayap mirip dengan bunglon
b. Tungkai/kaki berbentuk huruf X
c. Tangan dan kaki yang bengkak
d. Keganjilan pada ginjal
e. Kegagalan kefungsian pada ovarium sehingga tidak dapat menghasilkan ovum
f. Terdapat gangguan pada pembuluh darah dan jantung
g. Pertumbuhan alat kelaminnya terhambat atau infertile
h. Umumnya berumur pendek
i. Tinggi badan umumnya kurang dari 150 cm
j. Struktur buah pinggang yang tidak normal
k. Kedua putting susu berjarak melebar
l. Payudara tidak berkembang
m. Keterbelakangan mental
n. Kariotipe : 45, XO ( 44 autosom + 1 kromosom X ),diderita oleh wanita

8. Sindrom Edwards
Sindrom Edwards merupakan trisomi yang ditemukan oleh Edward pada tahun 1960. Penderita ini mengalami trisomi pada autosom dengan kriotipe 45A+XX atau 45A+XY. Ciri penderita sindroma Edwards adalah memiliki kelainan seperti letak telinga rendah, rahang bawah rendah, mulut kecil, dan memiliki ketrbelakangan mental. Hampir 90% penderita ini meninggal dalam 6 bulan pertama.


9. Sindrom Adie ( Holmes Adie )
Sindrom Adie atau sindrom Holmes-Adie adalah sindrom yang dikerenakan kerusakan pada serat pascaganglionik pada system saraf parasimpatik pada mata dan ditandai dengan pupil yang terdilatasi atau midriasis. Secara umum diderita oleh wanita dan pada mata salah satu sisi (unilateral). Pupil memiliki reaksi yang buruk terhadap cahaya dan bereaksi lambat pada akomodasi mata.

10. Sindrom Klinefelter
Yaitu kelebihan satu buah kromosom seks yang ditandai dengan:
a. Berpenampilan sebagai wanita super ( Hiperseks ) atau XXX ( Super Female)
b. Umumnya memiliki bentuk tubuh yang kurus
c. Tinggi badan berlebih
d. Umumnya mandul
e. Tingkat kecerdasan atau IQ rendah

Syndrome Klinefelter dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. XXY yaitu laki-laki yang kelebihan satu buah kromosom X sehingga mempunyai 44 autosom dan 3 kromosom seks dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kariotipe : 47, XXY ( kelebihan kromosom seks X ), diderita oleh laki-laki
b. Bulu badan tidak tumbuh
c. Payudaranya tumbuh dan membesar
d. Testisnya tidak berkembang sehingga tidak dapat menghasilkan sperma dan mandul
e. Berpenampilan seperti wanita
f. Menghasilkan hormon wanita ( estrogen )
g. Jika jumlah kromosom X lebih dari dua, mengalami keterbelakangan mental

2. YYX ( Super male )
Ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tinggi badan lebih dari 170 cm
b. Hormon kelakian / Tetosteron berlebih
c. Berpenampilan sebagai laki-laki super
d. Bersifat egois

11. Sindrom Sumbing
Yaitu kelainan sebagai akibat daripada kelebihan kromosom pada pasangan ke-13 sampai dengan ke-15 dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Umumnya berumur pendek
b. Mengalami kelainan pada jantung
c. Menderita cacat mental
d. Bentuk kelamin abnormal
e. Daun telingan mengecil / kisut dan lebih rendah dari sudut mata
f. Jari tangan / jari kaki sering berlebih
12. Apert’s Syndrome
Yaitu kelainan akibat jumlah kromosom pada salah satu pasangan berlebih sehingga kelainan ini disebut kelainan bawaan yang khas dengan ciri-ciri:
a. Bola matanya juling dan menonjol keluar
b. Jari-jari tangan maupun jari-jari kaki menyatu
c. Umumnya berumur pendek
d. Ukuran jantung tidak normal dan mengidap kelainan katup jantung
e. Sumbing pada langit-langit rongga mulut
f. Tulang ubun-ubun tidak sempurna, terkadang menutup lebih cepat bahkan ada yang masih terbuka walaupun sudah remaja

13. Syndrome Jacobs
Penderita syndrome Jacobs mengalami penambahan satu kromosom Y pada kromosom kelaminnya sehingga mempunyai 44 autosom dan 3 kromosom kelamin yaitu XYY. Penderita syndrome ini ditandai dengan ciri-ciri:
a. Kariotipe:47, XYY, diderita oleh laki-laki
b. Bertubuh normal dan berperawakan tinggi
c. Bersifat antisosial
d. Perilaku kasar dan agresif
e. Wajah menakutkan
f. Memperlihatkan watak kriminal dansuka melawan hukum
g. Tingkat kecerdasannya rendah
h. Suka menusuk-nusuk mata dengan benda-benda tajam, seperti pensil, dll


14. Syndrom Triple-X
Yaitu satu jenis variasi kromosom yang disebabkan oleh perwujudan 3 kromosom X ( trisomi ) dalam gamet. Penderita ini mempunyai fenotif perempuan. Ciri-ciri umum penderita syndrome Triple-X antara lain:
a. Lebih tinggi dari orang normal ( kira-kira 172 cm )
b. Kepala kecil
c. Mongolisme, bertelapak tebal dan jari kaki yang melebar
d. Sulit berinteraksi dengan orang lain
e. Lambat dalam berbicara
f. Tingkat kecerdasan rendah















BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Sindrom yang berarti kelainan genetika merupakan penyimpangan sifat umum manusia atau sifat rata-rata manusia. Istilah sindrom dapat digunakan hanya untuk menggambarkan berbagai karakter dan gejala, bukan diagnosa. Namun terkadang, beberapa sindrom dijadikan nama penyakit, seperti Sindrom Down, dll.

biologi molekuler

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Dasar – dasar molekuler pada kelainan genetika penyebab penyakit genetika terugkap karena adanya kelainan kromosom, monogenik, dan multifaktor yang membentuk utama suatu penyakit genetika. Penyakit genetika merupakan penyakit yang berasal dari induknya sendiri kepada keturunannya atau anak.
Penyakit genetika adalah penyakit yang dwariskan melalui gen, hali ini disebabkan oleh gen yang terdapat pada autosom atau kromosom seks yang mengalami mutasi.
Adapun ciri – ciri dari penyakit genetic,yaitu :
1. Tidak menular, akan tetapi penyakit ini diturunkan dari induk kepada anaknya melalui gen.
2. Tidak dapat disembuhkan
3. Dapat diusahakan untuk dihindari seperti menghindari pernikahan dengan keluarg adekat atau orang yang menderita penyakit genetik.
4. Biasanya di bawa oleh gen – gen resesif.
• Dominan >< dominan → menderita penyakit yang sama. • Resesif >< resesif → menderita penyakit yang sama. • Mutasi resesif, artinya mutasi hanya merugikan apabila seorang mewarisi salinan gen yang cacat dari kedua orang tuanya sekaligus. 5. Dalam keadaan heterozigot → pembawa sifat atau carier. Karena penyakit menurun umumnya bersifat resesif, maka hanya akan muncul pada orang yang homozigot resesif, sedangkan orang yang heterozigot bersifat normal carier (pembawa sifat). Cacat atau penyakit pada manusia ada yang diwariskan melalui autosom maupun ada pula yang melalui kromosom seks. 1.2 RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini yaitu. dasar – dasar molekuler pada kelainan genetika atau penyakit genetika. 1.3 TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang dasar – dasar molekuler pada kelainan genetika yang menjadi penyakit genetika. 1.4 METODE PENULISAN Karena keterbatasan waktu, kami hanya menggunakan metode studi pustaka. BAB II PEMBAHASAN A. DASAR – DASAR MOLEKULER PADA KELAINAN GENETIKA ( PENYAKIT GENETIKA ) Ada sekitar 7000 jenis penyakit atau kelainan yang mempunyai dasar genetik. Kelainan genetik diperkirakan menjadi penyebab kurang lebih 10% di antara anak – anak yang dirawat sejumlah rumah sakit, dan banyak penyakit kronis yang menjangkit orang dewasa misalnya , diabetes melitus aterosklerosis mempunyai suatu komponen genetik yang penting. Melalui penerapan berbagai cara bahwa dasar – dasar molekuler sebagian besar penyebab kelainan genetika. Penyakit genetik dapat di susun karena adanya kelainan pada, kelainan kromosom, kelainan monogenik, dan kelainan multifaktor yang merupakan produk genetik serta lingkungan yang multipel. Istilah poligenik menyatakan kelainan yang disebabkan oleh lebih dari satu faktor genetik yang tidak bergantung pada pengaruh lingkungan. Sebagai tambahan yang merupakan kelainan somatik seperti berbagai tipe penyakit kanker dimana mutasi terjadi pada sel somatik dan kelainan mitokondrial yang disebabkan oleh mutasi dalam genom. Adapun ciri dari kelainan genetika : 1. Tidak menular, akan tetapi penyakit ini diturunkan dari induk kepada anaknya melalui gen. 2. Tidak dapat disembuhkan 3. Dapat diusahakan untuk dihindari seperti menghindari pernikahan dengan keluarg adekat atau orang yang menderita penyakit genetik. 4. Biasanya di bawa oleh gen – gen resesif. a. Dominan >< dominan → menderita penyakit yang sama. b. Resesif >< resesif → menderita penyakit yang sama.
c. Mutasi resesif, artinya mutasi hanya merugikan apabila seorang mewarisi salinan gen yang cacat dari kedua orang tuanya sekaligus.
5. Dalam keadaan heterozigot → pembawa sifat atau carier.

Karena penyakit menurun umumnya bersifat resesif, maka hanya akan muncul pada orang yang homozigot resesif, sedangkan orang yang heterozigot bersifat normal carier (pembawa sifat). Cacat atau penyakit pada manusia ada yang diwariskan melalui autosom maupun ada pula yang melalui kromosom seks.





1. Kelainan Kromosom

Kromosom merupakan struktur makromolekul yang memuat DNA yang membawa informasi genetik dalam sel. DNA terbalut dalam satu atau lebih kromosom. Gambar bahan genetik dengna sifat tertentu :


Kelainan kromosom merupakan keadaan dimana terjadi kelebihan atau kekurangan kromosom, penghapusan bagian dari suatu kromosom ataupun translokasi. Keadaan yang di kenal baik adalah trisomi 21 ( Sindrom Down ). Penderita sindrom down ini mengalami trisomi pada kromosom autosom. Susunan kromosomnya yaitu 2n+1. Adapun ciri – ciri nya :
1. Cacat mental
2. IQ rendah
3. Tubuh rendah
4. Mulut terbuka
5. Mata sipit
6. Kaki pendek
7. Berjalan agak lambat

Kondisi ini dapat diketahui dengan analisis terhadap karotipe ( pola kromosom ) seseorang. Translokasi kromosom sesungguhnya penting dalam mengaktifkan onkogen.
Kelainan kromosaom itu sendiri merupakan semacam deviasi dari jumlah kromosom diploid normal, yaitu 46 atau morfologi kromosom normal. Kelainan ini mungkin menngenai kromosom seks atau kromosom autosom. Kelainan kromosom yang bermula pada tingkat sel benih akan mencirikan semua sel tubuh dalam arena itu pada umumnya diketahui membuat kariotip. Kelainan yang terjadi pada tingkat somatik, karena tidak khas seluruh tubuh dan bisanya ditemukan dengan cara lain.
Pada kelainan kromosom yang timbul pada tingkat sel benih ini yang aberasi kromosom yang tidak konsisten dengan perkembangan cukup bulan ini dapat menimbulkan abortus spontan atau keguguran. Penelitian kariotip mengungkapkan bahwa kurang lebih 50% kasus abortus spontan
disertai salah satu jenis kelainan kromosom pada fetus itu. Namun terdapat
variasi yang sangat besar pada aberasi kromosom yang tidak mengecualikan
perkembangan cukup-bulan, dan kurang 1 dari setiap 160 bayi baru lahir mawarisi
salah satu kelaianan sitogenik.
Salah satu kelainan kromosom seks yang paling umum ialah terdapatnya kromosom X ekstra pada laki – laki, sehingga memiliki kontitusi kromosom seks XXY. Pria dengan kombinasi semacam ini biasanya sering
memiliki testis kecil dan mandul. Dalam kehidupannya kemudian mereka
memperlihatkan tanda-tanda kemunduruan intelektual. Kondisi ini, yang disebut sindrom Klinefelter, dapat di akibatkan oleh gagalnya kedua kromosom X pada biang (precursor) sel benih diploid maternal
memisahkan diri dan masuk sel-sel berbeda pada meiosis; malah kedua kromosom
itu menuju ovum yang dibuahi spermatozoa yang membawa kromosom Y. Lebih jarang konstitusi XXY terjadi bila spermatozoa-XY( terjadi akkbat gagalnya pemisahan kromosom X dan Y sewaktu meiosis ) membuahi ovum pembawa X normal. Kromosom seks sel – sel ayah dapat pula gagal memisahkan diri pada pembelahan meiosis, dalam hal ini menghasilkan konstitusi kromosom XXXYatauXXXXXY.
Kelainan lain pada pria ialah susunan XXY. Laki – laki dengan kombinasi khusus ini cenderung bertubuh tinggi, dan terdapat indikasi bahwa beberapa di antaranya mempunyai disposisi berkelakua agresif atau antisosial. Tingkat intelegensianya dapat sub-normal, namun umumnya tetap dapat mempunyai anak. Dalm hal ini pemisahan kromosom seks ayah yang kurang sempurna pada pembelahan meiosis kedua selama spermatogenesis menghasilkan spermatozoa YY yang pada pembuahan memberikan dua kromosom YY dan bukan satu.
Perempuan yang lahir dengan kromosom X tambahan (dengan kata lain perempuan dengan XXX) dapat pula disertai retardasi mental dan sejum di antaranya mandul. .Kasus dengan kromosom X yang lebih banyak lagi ( misalnya XXXX dan XXXXX hanya memperburuk keadaan saja bagi wanita.
Perempuan yang dilahirkan satu kromosom X dan bukan dua, menampakan kondisi yang lebih jarang yang disebut sindrom Turner. Istilah umum yang dipakai untuk menyatakan bahwa kurang satu pasang kromosom homolog pada sel diploid adalah mansomi. Selain beberapa bayi dengan monosomi pada kromosom X dan sejumlah kasus monosomi 21, monosomi tidak dapat bertahan hidup. Diperlikan dua kromosom X agar ovarium dapat berkembang sempurna. Perempuan yang lahir dengan kontitusi XO ( huruf O menunjukan homolog kromosom X tidak ada ) hanya memilliki ovarium yang kurang berkembanng dan selain itu bertubuh pendek dan menampakkan ciri fisik khas lainnya. Payudara tidak membesar dan tanda – tanda kelamin sekunder lainnya tidak nampak sebagaimana biasanya pada umur pubertas. Individu demikian memiliki tingkat intelegensia normal namun jaranng bermenstruasi dan kebanyakan mandul.



2. Kelainan Monogenik

Kelainan monogenik meliputi gen tunggal yanng mengalami mutasi ( gen mutan ). Kelainan ini diklasifikasikan karena sebagai autusomal dominan, autosomal resesif, dan terangkai-X. Istilah ”dominan” digunakan untuk menyatakan bahwa mutasi tersebut akan tampak jelas secara klinis sekalipun hanya satu kromosom yang terkena ( heterozigot ), sedangkan istilah ”resesif” menyatakan bahwa kedua kromosom harus terkena ( homozigot ). Kelainan yang terangkai –X merupakan kelainan yang berkaitan dengan kromosom X. Hal tersebut menunjukan bahwa mutasi terdapat pada kromosom X. Mengingat bahwa wanita memiliki dua buah kromosom X, maka bagi gen yang terkena bisa bersifat heterozigot atau homozigot. Jadi, pewarisan yang sifatnya terkait kromosom X pada wanita dapat dominan atau resesif. Di pihak lain, laki – laki hanya mempunyai satu kromosom X, sehingga baru akan terkena kelainan bila laki – laki tersebut mewarisi gen mutan. Masing – masing dari ketiga kelompok kelainan genetik tersebut memiliki pola pewarisannya sendiri – sendiri yang khas.





3. Kelainan Multifaktor

Telah diketahui bahwa kelainan pada manusia dapat timbul akibat faktor genetis dan lingkungan. Adakalanya suatu kelainan muncul murni karena faktor genetis, seballiknya suatu kelainan muncul murni karena faktor lingkungan. Sebagian besar kelainan atau penyakit muncul sebagai hasil kombinasi faktor genetis dan lingkungan. Bagi kelainan yang ditentukan oleh faktor genetis, maka faktor yang ditemukan mungkin terjadi kerusakan gen tunggal (pewaris gena tungal=monogenic inheritance), kerusakan beberapa gen (pewaris gena banyak=polygenic inheritance) atau kelainan multifaktor yang melibatkan banyak gen dan lingkungan. Dari berbagai jenis kelainan ini, pewaris kelainan gena tunggal pada keturunan akan berlangsung mengikuti hukum Mendel sederhana. Tetapi untuk kelainan banyak gena dan multifaktor, pola pewaris akan semakin kompleks.
Kelainan multifaktor meliputi kerja sejumlah gen. Pola pewarisan keadaan ini tidak mengikuti ilmu genetika mendilian klasik. Tidak banyak yang diketahui tentang kelompok ini, tetapi maknanya diperkirakan akan menjadi semakin penting karena beberapa penyakit yang lazim dijumpai pada orang dewasa seperti penyakit jantung iskemik dan hipertensi merupakan anggota kelompok ini. Sejumlah upaya kini tengah dilakukan untuk mengembangkan berbagai metode yang akan mengungkapkan gen multipel yang turut menyebabkan kelainan multifaktor.

kimia analitik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan hampir tak sebanyak titrasi yang melibatkan reaksi asam basa dalam analisis titrimetri. Memang titrasi seperti itu biasanya terbatas pada titrasi yang melibatkan pengendapan ion perak dengan anion contohnya halogen dan tiosianat. Reaksi semacam itu terbatas karena kurangnya indikator yang cocok.
Ketika titik kesetaraan dihampiri dan titran ditambahkan dengan lambat, tak terdapat kelewatjenuhan yang tinggi dan pengendapan dapat sangat perlahan-lahan. Suatu kesulitan lain adalah bahwa susunan endapan seringkali tidak diketahui karena pengaruh kopresipitasi. Meskipun kopresipitasi ini dapat diminimalkan, hal ini tidak mungkin dalam titrasi-langsung yang melibatkan pembentukan suatu endapan.
Pada metode argentometri titrasi ini melibatkan reaksi pengendapan hampir tak sebanyak titrasi ang melibatkan reaksi asam basa dalam analis titrimetri. Memang dalam perkuliahan pendahuluan contoh – contoh titrasi semacam itu biasanya terbatas pada titrasi yang melibtakan penendapan ion perak dengan anion seperti halogen dan tiosianat. Salah satu alasan mengapa penggunaan reaksi semacam itu terbatas adalah kurangnya indikator yang cocok. Dalam beberapa kasus, terutama dalam titrasi larutan encer, laju reaksi terlalu rendah sehingga titrasi itu merepotkan. Ketika titik kesetaraan dihampiri dan titran ditambahkan dengan lambat, tak terdapat kelewatjenuhan yang tinggi dan pengendapan dapat sangat perlahan – lahan. Suatu kesulitan lain adalah bahwa susunan endapan sering kali tidak diketahui karena pengaruh kopresipitasi. Meskipun kopresitipasi ini dapat diminimalkan atau dikoreksi sebagian oleh proses semacam penuaan endapan, hal ini tidak mungkin dalam titrasi langsung yang melibatkan pembentukan suatu endapan.
Titrasi metode argentomentri merupakan titrasi yang didasarkan dengan pembentukan endapan pereaksi perak nitrat (Argentinitrat). Salah satu hal yang dikaitkan dengan titrasi pengendapan adalal mencari indikator yang sesuai. Dalam titrasi yang melibatkan garam perak, terdapat 3 indikator yang telah digunakan dengan berhasil selam bertahun-tahun.
Metode Mohr menggunakan ion kromat (CrO42-) untuk mengendapkan Ag2CrO4 yang coklat. Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk kompleks berwarna dengan ion tiosianat (SCN-). Metode Fajans memanfaatkan “indikator-indikator adsorpsi”.
Adapun beberapa metode yang sering digunakan pada titrasi metode Argentometri :
1. Metode Mohr (Pembentukan Endapan Berwarna)
Seperti sistem asam basa dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi asam basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan.
Pengendapan indikator terjadi pada atau di dekat titik kesetaraan titrasi itu. Perak kromat lebih dapat larut sekitar 8,4 x 10-5 mol/liter daripada perak klorida sekitar 1 x 10-5 mol/liter. Jika ion perak ditambahkan kedalam suatu larutan yang mengandung ion klorida dengan konsentrasi tinggi dan ion kromat dengan konsentrasi rendah, maka perak klorida akan mengendap terlebih dulu. Perak kromat baru akan terbentuk bila konsentrasi ion perak meningkat cukup tinggi.
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6-10. Dalam larutan yang lebih basa perak klorida akan mengendap. Dalam larutan asam, konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4- hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula hydrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat.
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat, dan karenanya menimbulkan galat yang besar.
Metode Mohr depat juga diterapkan untuk titrasi ion bromida dengan perak, dan ion sianida dalam larutan yang sedikit agak basa. Efek adsorpsi menyebabkan titrasi ion iodida dan tiosianat tidak layak. Perak tak dapat dititrasi langsung dengan ion klorida, dengan menggunakan indikator kromat.
2. Metode Volhard (Pembentukan Kompleks Berwarna)
Metode Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion besi(III) untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat.
Metode ini dapat digunakan untuk titrasi langsung perak dengan larutan tiosianat standar atau untuk titrasi tidak langsung ion klorida. Anion asam lemah seperti oksalat, karbonat, dan arsenat yang garam-garam peraknya dapat larut dalam asam dapat ditetapkan dengan pengendapan pada pH yang lebih tinggi dan penyaringan garam peraknya. Endapan tersebut kemudian dilarutkan dalam asam nitrat dan peraknya dititrasi langsung dengan tiosianat.
Metode Volhard digunakan secara meluas untuk perak dan klorida karena titrasi itu dapat digunakan dalam larutan asam. Digunakannya medium asam karena untuk mencegah hidrolisis indikator ion besi(III). Metode-metode lain yang lazim untuk perak dan klorida memerlukan larutan yang hampir netral agar titrasinya berhasil. Banyak kation mengendap pada kondisi seperti ini, salah satunya merkurium yang merupakan satu-satunya kation yang lazim yang mengganggu metode Volhard ini. Sedangkan asam nitrit menggangu dalam titrasi karena bereaksi dengan tiosianat dan menghasilkan warna merah peralihan.
Dalam titrasi langsung perak dengan tiosianat, terdapat dua sumber galat yang ringan. Pertama, endapan perak tiosianat mengadsorpsi ion perak pada permukaannya, sehingga menyebabkan titik akhir terjadi teralalu dini. Kedua, perubahan warna yang menandai titik akhir terjadi pada suatu konsentrasi tiosianat yang sedikit melebihi konsentrasi pada titik kesetaraan.

3. Metode Fajans
Bila suatu senyawa organik yang berwarna diadsorpsi pada permukaan suatu endapan, dapat terjadi modifikasi struktur organiknya, dan warna itu dapat sangat berubah menjadi lebih tua. Gejala ini dapat digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi pengendapan garam perak. Senyawa organik yang digunakan dengan cara tersebut dirujuk sebagai “indikator adsorpsi”.
Fajans yang menemukan fakta bahwa fluoresensi dan beberapa fluoresensi tersubtitusi dapat bertindak sebagai indikator untuk titrasi perak. Jika perak nitrat ditambahkan kedalam suatu larutan natrium klorida, partikel perak klorida yang sangat halus cenderung mengadsorpsi sejumlah ion klorida berlebihan yang ada dalam larutan tersebut. Ion-ion klorida ini dikatakan membentuk lapisan teradsorpsi primer dan menyebabkan partikel koloid perak klorida bermuatan negatif. Sedangkan jika perak nitrat terus-menerus ditambahkan sampai ion peraknya berlebih, ion-ion ini akan menggantikan ion klorida dalam lapisan primer. Maka partikel menjadi bermuatan positif, dan anion dalam larutan ditarik untuk membentuk lapisan sekunder.












1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini yaitu metode-metode yang dipakai dalam proses titrasi metode argentometri dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelarutannya.

1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang cara kerja dari titrasi metode argentometri, dan bentuk dari hasil yang didapat dalam menggunakan metode tersebut.

1.4 METODE PENULISAN
Karena keterbatasan waktu, kami hanya menggunakan metode studi pustaka.



















BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Kerja
Pada metode argentometri titrasi ini melibatkan reaksi pengendapan hampir tak sebanyak titrasi ang melibatkan reaksi asam basa dalam analis titrimetri. Memang dalam perkuliahan pendahuluan contoh – contoh titrasi semacam itu biasanya terbatas pada titrasi yang melibtakan penendapan ion perak dengan anion seperti halogen dan tiosianat. Salah satu alasan mengapa penggunaan reaksi semacam itu terbatas adalah kurangnya indikator yang cocok. Dalam beberapa kasus, terutama dalam titrasi larutan encer, laju reaksi terlalu rendah sehingga titrasi itu merepotkan. Ketika titik kesetaraan dihampiri dan titran ditambahkan dengan lambat, tak terdapat kelewatjenuhan yang tinggi dan pengendapan dapat sangat perlahan – lahan. Suatu kesulitan lain adalah bahwa susunan endapan sering kali tidak diketahui karena pengaruh kopresipitasi. Meskipun kopresitipasi ini dapat diminimalkan atau dikoreksi sebagian oleh proses semacam penuaan endapan, hal ini tidak mungkin dalam titrasi langsung yang melibatkan pembentukan suatu endapan.

2.2 Landasan Teori
Titrasi metode argentomentri merupakan titrasi yang didasarkan dengan pembentukan endapan pereaksi perak nitrat (Argentinitrat). Salah satu hal yang dikaitkan dengan titrasi pengendapan adalal mencari indikator yang sesuai. Dalam titrasi yang melibatkan garam perak, terdapat 3 indikator yang telah digunakan dengan berhasil selam bertahun-tahun.
Metode Mohr menggunakan ion kromat (CrO42-) untuk mengendapkan Ag2CrO4 yang coklat. Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk kompleks berwarna dengan ion tiosianat (SCN-). Metode Fajans memanfaatkan “indikator-indikator adsorpsi”.
Adapun beberapa metode yang sering digunakan pada titrasi metode Argentometri :

1. Metode Mohr (Pembentukan Endapan Berwarna)
Seperti sistem asam basa dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi asam basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan.
Pengendapan indikator terjadi pada atau di dekat titik kesetaraan titrasi itu. Perak kromat lebih dapat larut sekitar 8,4 x 10-5 mol/liter daripada perak klorida sekitar 1 x 10-5 mol/liter. Jika ion perak ditambahkan kedalam suatu larutan yang mengandung ion klorida dengan konsentrasi tinggi dan ion kromat dengan konsentrasi rendah, maka perak klorida akan mengendap terlebih dulu. Perak kromat baru akan terbentuk bila konsentrasi ion perak meningkat cukup tinggi.
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6-10. Dalam larutan yang lebih basa perak klorida akan mengendap. Dalam larutan asam, konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4- hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula hydrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat.
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat, dan karenanya menimbulkan galat yang besar.
Metode Mohr depat juga diterapkan untuk titrasi ion bromida dengan perak, dan ion sianida dalam larutan yang sedikit agak basa. Efek adsorpsi menyebabkan titrasi ion iodida dan tiosianat tidak layak. Perak tak dapat dititrasi langsung dengan ion klorida, dengan menggunakan indikator kromat.




2. Metode Volhard (Pembentukan Kompleks Berwarna)
Metode Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion besi(III) untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat.
Metode ini dapat digunakan untuk titrasi langsung perak dengan larutan tiosianat standar atau untuk titrasi tidak langsung ion klorida. Anion asam lemah seperti oksalat, karbonat, dan arsenat yang garam-garam peraknya dapat larut dalam asam dapat ditetapkan dengan pengendapan pada pH yang lebih tinggi dan penyaringan garam peraknya. Endapan tersebut kemudian dilarutkan dalam asam nitrat dan peraknya dititrasi langsung dengan tiosianat.
Metode Volhard digunakan secara meluas untuk perak dan klorida karena titrasi itu dapat digunakan dalam larutan asam. Digunakannya medium asam karena untuk mencegah hidrolisis indikator ion besi(III). Metode-metode lain yang lazim untuk perak dan klorida memerlukan larutan yang hampir netral agar titrasinya berhasil. Banyak kation mengendap pada kondisi seperti ini, salah satunya merkurium yang merupakan satu-satunya kation yang lazim yang mengganggu metode Volhard ini. Sedangkan asam nitrit menggangu dalam titrasi karena bereaksi dengan tiosianat dan menghasilkan warna merah peralihan.
Dalam titrasi langsung perak dengan tiosianat, terdapat dua sumber galat yang ringan. Pertama, endapan perak tiosianat mengadsorpsi ion perak pada permukaannya, sehingga menyebabkan titik akhir terjadi teralalu dini. Kedua, perubahan warna yang menandai titik akhir terjadi pada suatu konsentrasi tiosianat yang sedikit melebihi konsentrasi pada titik kesetaraan.








3. Metode Fajans
Bila suatu senyawa organik yang berwarna diadsorpsi pada permukaan suatu endapan, dapat terjadi modifikasi struktur organiknya, dan warna itu dapat sangat berubah menjadi lebih tua. Gejala ini dapat digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi pengendapan garam perak. Senyawa organik yang digunakan dengan cara tersebut dirujuk sebagai “indikator adsorpsi”.
Fajans yang menemukan fakta bahwa fluoresensi dan beberapa fluoresensi tersubtitusi dapat bertindak sebagai indikator untuk titrasi perak. Jika perak nitrat ditambahkan kedalam suatu larutan natrium klorida, partikel perak klorida yang sangat halus cenderung mengadsorpsi sejumlah ion klorida berlebihan yang ada dalam larutan tersebut. Ion-ion klorida ini dikatakan membentuk lapisan teradsorpsi primer dan menyebabkan partikel koloid perak klorida bermuatan negatif. Sedangkan jika perak nitrat terus-menerus ditambahkan sampai ion peraknya berlebih, ion-ion ini akan menggantikan ion klorida dalam lapisan primer. Maka partikel menjadi bermuatan positif, dan anion dalam larutan ditarik untuk membentuk lapisan sekunder.


- Faktor yang Mempengaruhi Pelarutan

a. Temperatur
Kebanyakan garan anorganik, bila temperaturnya dinaikkan maka kelarutannya meningkat. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan larutan panas dalam kelarutan endapan yang masih dapat diabaikan pada temperatur tinggi. Tetapi dalam hal senyawa yang agak dapat larut seperti magnesium ammonium fosfat, larutan itu harus didinginkan dalam air es sebelum penyaringan. Kuantitas senyawa yang berarti mungkin akan hilang jika larutan disaring pada wakru panas.


b. Pelarut
Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada pelarut organik. Air mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi. Ion-ion dalam Kristal tidak memiliki gaya tarik yang besar terhadap molekul pelarut organik. Oleh karena itu, kelarutannya lebih rendah dibandingkan kelarutan dalam air.

c. Efek Ion Sekutu
Suatu endapan umumnya lebih dapat larut dalam air murni daripada dalam suatu larutan yang mengandung salah satu ion endapan. Pentingnya efek ion sekutu dalam mengendapkan secara lengkap dalam analisis kuantitatif akan tampak dengan mudah. Dalam mencuci suatu endapan dimana susut karena melarut mungkin cukup berarti, dapat digunakan suatu ion sekutu dalam cairan pencuci untuk mengurangi kelarutan. Ion itu harus ion dari zat pengendap bukan dari ion yang sedang diselidiki.

d. Pengaruh Aktivitas
Banyak endapan menunjukkan kelarutan yang meningkat dalam larutan yang mengandung ion-ion yang bereaksi secara kimia dengan ion-ion endapan. Dalam larutan elektrolit yang lebih pekat, koefisien aktivitas berkurang dengan cepat karena lebih besarnya gaya tarik antara ion dengan muatan yang lebih besar. Keefektifan ion-ion dalam memelihara kondisi kesetimbangan menjadi berkurang dan endapan tambahan harus melarut untuk mengembalikan aktivitas. Efek aktivitas tidak menyebabkan masalah yang serius karena umumnya kondisi dipilih sedemikian rupa agar susut dari kelarutan kecil sehingga dapat diabaikan. Jarang diperlukan untuk membuat pengendapan dari dalam suatu larutan garam yang konsentrasinya sangat tinggi.

e. Pengaruh pH
Kelarutan garam dari asam lemah bergantung pada pH larutan. Beberapa contoh dari garam kimia analisis adalah oksalat, sulfida, hidroksida, karbonat, dan fosfat. Ion hydrogen bersenyawa dengan anion suatu garam untuk membentuk asam lemah, sehingga dapat meningkatkan kelarutan garam. Biasanya digunakan buffer dengan pH antara 2,3 dan 9,1 untuk mengurangi kenaikan konsentrasi ion hidroksida. Lebih baik lagi pH dapat ditingkatkan secara bertahap dengan hidrolisis zat seperti urea.

f. Pengaruh Hidrolisis
Kation suatu garam dapat mengalami hidrolisis tepat sama seperti anion, dan hidrolisis ini juga akan meningkatkan kelarutan.

g. Efek Kompleks
Kelarutan garam yang sedikit sekali dapat larut bergantung pada konsentrasi zat-zat yang membentuk kompleks dengan kation garam itu. Pengaruh hidrolisis yang merupakan contoh zat pengkompleks adalah ion hidroksida. Zat-zat pengkompleks yang biasanya diuraikan adalah molekul netral dan anion, baik sekutu maupun tidak bagi endapan itu. Salah satu contoh yang paling dikenal dalam kimia analisis adalah efek ammonia pada kelarutan perak halida terutama perak klorida. Banyak endapan membentuk kompleks yang dapat larut dengan ion dari zat pengendap itu sendiri. Mula-mula kelarutan menurun karena efek ion sekutu, melewati suatu minimum, dan kemudian naik karena pembentukan kompleks menjadi berarti. Perak klorida membentuk kompleks baik dengan perak maupun dengan ion klorida.



2.3 Prosedur Kerja
Pembuatan Larutan Baku Sekunder AgNO3 0,1 N
gr = N x V x BE
= 0,1 x 500ml x 169,8
= 8,49 gr
- Timbang seksama 8,5 gr AgNO3 yang telah dikeringkan pada suhu 120oC selama 2 jam.
- Masukkan ke beaker glass telebih dahulu, larutkan dengan sedikit aquadest
- Pindahkan ke labu ukur 500ml, add kan.
Pembuatan Larutan Baku Primer NaCl 0,01N
gr = N x V x BE
= 0,01N x 500ml x 58,5
= 0,29 ~ 0,3 gr
- Timbang seksama 0,3gr NaCl, masukkan ke dalam beaker glass.
- Larutkan dengan sedikit aquadest.
- Pindahkan ke labu ukur 500ml, add kan.

Pembakuan Larutan AgNO3 Dengan NaCl0,01N
- Pipet 10ml NaCl 0,01N, masukkan ke erlenmeyer
- Tambahkan indikator K2CrO4 5% 1ml
- Titrasi sampai terbentuk TAT

Pembakuan Larutan AgNO3 Dengan Larutan Blanko
- Pipet 10mllarutan blanko, masukkan ke erlenmeyer
- Tambahkan indikator K2CrO4 5% 1ml
- Titrasi sampai terbentuk TAT

Contoh :
Dik : Titrasi dengan NaCl 0,01N
V1 = 9,8ml
V2 = 9,7ml
V = 9,75ml
Titrasi dengan laruta blanko
V1 = 1,1ml
V2 = 1,4ml
V = 1,25ml
Volume = 9,75ml – 1,25ml
= 8,5ml
Dit :Normalitas AgNO3 ???
N1 x V1 = N2 x V2
0,01 x 10 = N2 x 8,5ml
N2 = 0,0118 N

Penetapan Kadar NACl 1%
- Cara Kerja :
1. Pipet 10ml NaCl 1% ke dalam ke erlenmeyer
2. Tambah indikator K2CrO4
3. Titrasi hingga mencapai TAT

- Perhitungan :
Dik : V1 = 177,7ml
V2 = 172, 8ml
V = 175,25 ml
Dit : % w/v ???
Jawab :
Mgrek NaCl = mgrek AgNO3
= 0,0118 x 175,25
= 2,068 mgrek
%w/v = mgrek NaCl 1% x BE x 0,001gr x 100%
Vol. pemipetan
= 2,068 x 58,5 x 0,001gr x100%
10ml
= 1,2098 %w/v



Penetapan Kadar NaCl 0,9% ( infus )
- Cara Kerja :
1. Pipet 5ml NaCl 0,9% ke dalam ke erlenmeyer
2. Tambah indikator K2CrO4 5%
3. Titrasi hingga mencapai TAT

- Perhitungan :
Dik : V1 = 120,5 ml
V2 = 120 ml
V = 120,25 ml
Dit : % w/v ???
Jawab :
Mgrek NaCl = mgrek AgNO3
= 0,0118 x 120,25
= 1,41895 mgrek
%w/v = mgrek NaCl 0,9% x BE x 0,001gr x 100%
Vol. pemipetan
= 1,41895 x 58,5 x 0,001gr x100%
10ml
= 1,6602 %w/v











BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Pada titrasi metode Argentometri ada berbgai cara untuk menentukan TAT. Macam – macam caranya :
1. Cara Langsung / Metode Mohr
Tirasi dilakukan dalam suasana netral / sedikit basa.
Indikator yang digunakan K2CrO4 5%
2. Cara Tidak Langsung / Metode Volhrad
Indikator yang digunakan Fe(NO3)3
3. Cara K. Fajans
Baku primer NH4CNS. Yang dilihat pada cara ini ialah penyerapannya bukan endapan.
Contoh hasil dari pratikum ialah normalitas sebenarnya dari AgNO3 = 0,0118N dan kadar sampel NaCl 1% = 1,2098 %w/v serta NaCl 0,9% = 1,6602 %w/v.

larutan baku

Contoh Baku Primer


Metode Titrasi Bahan yang Distandarisasi Baku Sekunder Baku Primer
ASIDI ALKALIMETRI Sodium Hidroksida
Asam Oksalat
Kalium Hidroksida
Kalium Biftalat
Kalium Hidroksida Asam Oksalat/Kalium Biftalat
Asam Klorida
Natrium Karbonat
Asam Sulfat
Natrium Karbonat
ARGENTOMETRI Perak Nitrat Pottasium Rhodanida/Kalium Thiocyanat
PERMANGANANOMETRI Kalium Permangnat
Asam Oksalat
IODOMETRI Natrium Thiosulfat Porassium Iodate
Kalim Bikromat
IODIMETRI Iodium
Arsen Trioksida
KOMPLEKSOMETRI Natrium EDTA Kalsium Karbonat
Macam-macam Baku Primer dengan Sendirinya :

Kata etik atau etika berasal dari kata ethos (Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.

Etika merupakan cerminan dari sebuah mekanisme kontrol yang dibuat dan diterapkan oleh dan untuk kepentingan suatu kelompok sosial atau profesi. Kehadiran organisasi profesi dengan kode etik profesi diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan keahlian


PROFESI

Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya; serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.

Ciri-ciri Profesi :
  • Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah profesi;
  • Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan;
  • Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat.
  • Adanya proses lisensi atau sertifikat;
  • Adanya organisasi;
  • Otonomi dalam pekerjaannya.


KODEETIK

Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai jasa. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
Orientasi kode etik hendaknya ditujukan kepada : profesi, pekerjaan, rekan, pemakai jasa, dan masyarakat.


PROFESIONALISME

Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar untuk menerima panggilan tersebut dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan di tengah gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999).


ETIKA PROFESI ANALIS KESEHATAN

Etika profesi Analis Kesehatan memiliki tiga dimensi utama, yaitu :
  • Keahlian (pengetahuan, nalar atau kemampuan dalam asosiasi dan terlatih)
  • Keterampilan dalam komunikasi (baik verbal & non verbal)
  • Profesionalisme (tahu apa yang harus dilakukan dan yang sebaiknya dilakukan)

Kewajiban Terhadap Profesi
  • Menjunjung tinggi serta memelihara martabat, kehormatan, profesi, menjaga integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya.
  • Meningkatkan keahlian dan pengetahuannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
  • Melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur operasional, standar keselamatan kerja yang berlaku dan kode etik profesi.
  • Menjaga profesionalisme dalam memenuhi panggilan tugas dan kewajiban profesi.

Kewajiban Terhadap Pekerjaan
  • Bekerja dengan ikhlas dan rasa syukur
  • Amanah serta penuh integritas
  • Bekerja dengan tuntas dan penuh tanggung jawab
  • Penuh semangatdan pengabdian
  • Kreatif dan tekun
  • Menjaga harga diri dan jujur
  • Melayani dengan penuh kerendahan hati

Kewajiban Terhadap Rekan
  • Memperlakukan setiap teman sejawat dalam batas-batas norma yang berlaku
  • Menjunjung tinggi kesetiakawanan dalam melaksanakan profesi.
  • Membina hubungan kerjasama yang baik dan saling menghormati dengan teman sejawat dan tenaga profesional lainnya dengan tujuan utama untuk menjamin pelayanan tetap berkualitas tinggi.

Kewajiban Terhadap Pasien
  • Bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada pasien / pemakai jasa secara profesional.
  • Menjaga kerahasiaan informasi dan hasil pemeriksaan pasien / pemakai jasa, serta hanya memberikan kepada pihak yang berhak.
  • Dapat berkonsultasi / merujuk kepada teman sejawat atau pihak yang lebih ahli untuk mendapatkan hasil yang akurat

Kewajiban Terhadap Masyarakat
  • Memiliki tanggung jawab untuk menyumbangkan kemampuan profesionalnya kepada masyarakat luas serta selalu mengutamakan kepentingan masyarakat.
  • Dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan profesinya harus mengikuti peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta norma-norma yang berkembang pada masyarakat.
  • Dapat menemukan penyimpangan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar norma yang berlaku pada saat itu serta melakukan upaya untuk dapat melindungi kepentingan masyarakat.

Langkah Menuju Profesional
  • Self comitment (teguh pada tujuan yang ingin dicapai dan berprinsip namun tidak kaku)
  • Self management (manajemen prioritas dan manajemen waktu)
  • Self awareness (pengelolaan kelemahan dan kelebihan diri)

Wednesday 18 August 2010

hi..
perkenalkan nama saya adalah priyanto...
lahir dn besar di Pati, tepatnya di desa tanjang...
Desa yang boleh di bilang tadah banjir... itu dkarenakan tiap musim hujan pasti terjadi banjir... Tapi disitulah sya dibesarkan. desa yang menurut orang desa terbelakang tapi saya sangat bangga denagn desa saya itu. Masyarakat des kami sangat2 ramah, hampir90% penduduk desa kami bermata pencaharian sebagai petani.
IDENTIFIKASI ANION

NAMA ANION : CN-
SAMPEL : KCN (Kalium Sianida)


Landasan Teori:

Sianida merupakan senyawa sian (CN) yang terkenal sebagai racun yang mematikan. Bila masuk ke tubuh akan mengganggu fungsi otak, jantung, menghambat jaringan pernapasan, sehingga terjadi asphyxia, yaitu orang menjadi seperti tercekik dan cepat diikuti oleh kematian.
Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung (C≡N), yang terdiri dari 3 buah atom karbon yang berikatan dengan atom hidrogen. Secara spesifik, sianida adalah anion CN-. Senyawa ini ada dalam bentuk gas, liquid dan solid, setiap senyawa tersebut dapat melepaskan anion CN- yang sangat beracun. Sianida dapat terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia dan memiliki sifat racun yang sangat kuat dan bekerja dengan cepat. Contohnya adalah HCN (hidrogen sianida) dan KCN (kalium sianida). Mengenai kelarutan sianida dari semua golongan alkali dan alkali tanah hanya sianida yang mudah larut dalam air.
Kata “sianida” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “biru” yang mengacu pada hidrogen sianida yang disebut Blausäure ("blue acid") di Jerman. Hidrogen sianida merupakan gas yang tidak berasa dan memiliki bau pahit yang seperti bau almond. Kebanyakan orang dapat mencium baunya, tetapi ada beberapa orang yang karena masalah genetiknya tidak dapat mencium bau HCN. Hidrogen sianida disebut juga formonitrile, sedang dalam bentuk cairan dikenal sebagai asam prussit dan asam hidrosianik. Dalam bentuk cairan, HCN tidak berwarna atau dapat juga berwarna biru pucat pada suhu kamar. HCN bersifat volatile dan mudah terbakar serta dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak juga sangat mudah bercampur dengan air sehingga sering digunakan.
Natrium sianida dan kalium sianida berbentuk bubuk putih dengan bau yang menyerupai almond. Adanya hidrolisis dari KCN dan NaCN, HCN dapat terbentuk dengan reaksi sebagai berikut:
NaCN + H2O → HCN + NaOH
KCN + H2O → HCN + KOH
Bakteri, jamur, dan algae tertentu dapat menghasilkan sianida. Dapat pula ditemukan di beberapa makanan dan tumbuhan. Meskipun dalam jumlah yang sedikit, sianida dapat ditemukan di dalam almond, bayam, kecap, bambu, dan akar cassava. Sianida tersebut terdapat sebagai bagian dari gula atau senyawa alami lainnya. Sianida juga ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor dan pada beberapa produk sintetik.
Banyak sianida di tanah atau air berasal dari proses industri. Sumber terbesarnya yaitu aliran buangan dari proses pertambangan logam, industri kimia organik, pabrik besi dan baja, serta fasilitas pengolahan air limbah publik. Sebagian kecil sianida dapat ditemukan pada runoff hujan yang membawa garam-garam sianida yang terdapat di jalan. Sianida yang terdapat di landfill dapat mencemari air tanah.
Sianida banyak digunakan untuk bidang kimia, pembuatan plastik, penyaringan emas dan perak, metalurgi, pembuatan obat antijamur, dan racun tikus. Sianida
juga banyak digunakan pada industri terutama dalam pembuatan garam natrium, kalium, dan kalium sianida sedangkan dalam pertambangan, sianida biasanya digunakan untuk memisahkan emas dari batuan. Dalam pertanian, sianida juga dikenal sebagai herbisida. Dikalangan nelayan, sianida dikenal dengan nama ‘potas’


Walaupun beberapa substansi yang mengandung sianida telah digunakan sebagai racun sejak berabad-abad yang lalu, sianida yang sesungguhnya belum dikenal sampai tahun 1782. Pada saat itu sianida berhasil diidentifikasi oleh ahli kimia yang berasal dari Swedia, Scheele, yang kemudian meninggal akibat keracunan sianida di dalam laboratoriumnya.
Pada saat ini, sianida digunakan oleh pemerintah, perusahaan maupun perorangan untuk bermacam keperluan, tapi tanpa disadari sianida ini telah memberikan efekbagi kehidupan kita.
Inilah beberapa contoh efek toksik yang ditimbulkan oleh sianida:
 Pengaruh sianida terhadap berbagai organ;
 Inhalasi
Sisa pembakaran produk sintesis yang mengandung karbon dan nitrogen seperti plastik akan melepaskan sianida. Rokok juga mengandung sianida, pada perokok pasif dapat ditemukan sekitar 0.06µg/mL sianida dalam darahnya, sementara pada perokok aktif ditemukan sekitar 0.17 µg/mL sianida dalam darahnya. Hidrogen sianida sangat mudah diabsorbsi oleh paru, gejala keracunan dapat timbul dalam hitungan detik sampai menit. Ambang batas minimal hydrogen sianida di udara adalah 2-10 ppm, tetapi angka ini belum dapat memastikan konsentrasi sianida yang berbahaya bagi orang disekitarnya. Selain itu, gangguan dari saraf-saraf sensoris pernafasan juga sangat terganggu. Berat jenis hidrogen sianida lebih ringan dari udara sehingga lebih cepat terbang ke angkasa.
Anak-anak yang terpapar hidrogen sianida dengan tingkat yang sama pada orang dewasa akan terpapar hidrogen sianida yang jauh lebih tinggi.

 Mata dan kulit
Paparan sianida dapat menimbulkan iritasi baik mata maupun kulit. Paparan ini terjadi setelah terjadi paparan atau 30-60 menit. Kebanyakan kasus disebabkan kecelakaan pada saat bekerja sehingga cairan sianida kontak dengan kulit dan meninggalkan luka bakar.
 Saluran pernapasan
Bila sianida dalam bentuk asam sianida sampai tertelan efeknya sangat fatal karena mudah masuk ke dalam saluran pencernaan. Tidak perlu melakukan/merangsang korban untuk muntah karena sianida sangat berdifusi dengan saringan dalam saluran tubuh.

 Gejala klinis keracunan sianida;
1 nyeri pada kepala
2 mual, muntah
3 sesak napas, dada berdebar, terjadi perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah
4 berkeringat banyak, warna kulit merah, tubuh terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul.
5 Tubuh jadi tidak sadar dan puncaknya koma, dilatasi pupil, teemor, kejang-kejang, penekanan pada pusat pernapasan, gagal napas sampai berhenti jantung.
 Gejala / tanda fisik akibat keracunan sianida tergantung pada;
1 dosis sianida
2 banyaknya pemaparan
3 jenis pemaparan
4 tipe komponen dari sianida.
Semua jenis sianida sangat beracun. Asam bebasnya, HCN, mudah menguap dan sangat berbahaya, sehingga untuk melakukan eksperimen dalam mana gas ini kemungkinan akan dilepaskan, atau eksperimen-eksperimen dalam mana sianida-sianida dipanaskan, harus dilakukan dalam lemari asam agar tidak membahayakan bagi kita sendiri maupun orang lain.
REAKSI SPESIFIK
Reaksi spesifik sianida adalah dengan melakukan uji biru Prusia. Ini merupakan uji yang sulit dan dilakukan sebagai berikut:
1). Larutan sianida tsb dijadikan basa dengan larutan natrium hidroksida.
2). Kemudian ditambahkan dengan larutan besi (II) sulfat dan campuran di didihkan.
3). Diasamkan lagi dengan menambahkan asam klorida( untuk menetralkan setiap alkali bebas yang mungkin ada). Yang dilanjutkan dengan penambahan besi (III) sulfat lagi. Sehingga diperoleh endapan biru Prusia.
Reaksi Kimia:
KCN + NaOH → NaCN + KOH

6NaCN + 3FeSO4 → 3[Fe(CN)6]4- + 3Na2SO4

[Fe(CN)6]4- + 2HCl + FeSO4 → ↓ biru Fe4[FeCN6]3 + 2H2SO4 + 2Cl-

REAKSI PENEGASAN
Reaksi penegasan sangat banyak diantaranya adalah:
a) Larutan Sianida ditambahkan dengan AgNO3 akan terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam nitrat tapi larut AgNO3 dalam berlebih, NH3, Na2S2O3

KCN + AgNO3 → AgCN ↓ putih + KNO3

b) Larutan Sianida ditambahkan dengan Pb(CH3COO)2 akan terbentuk endapan berwarna putih dan tidak larut dalam penambahan HNO3.

2KCN + Pb(CH3COO)2 → Pb(CN)2 ↓ putih + CH3COOK

c) Larutan sianida ditambahkan dengan larutan CuSO4akan terbentuk endapan hijau.

2KCN + CuSO4 → Cu(CN)2 ↓ hijau + K2SO4

d) Larutan sianida ditambahkan dengan larutan HgNO3 akan terbentuk endapan abu-abu merkurium logam.

KCN + HgNO3 → HgCN ↓ abu-abu + KNO3

e) Larutan sianida ditambahkan dengan larutan H2SO4 pekat akan dilepaskan karbon monoksida, yang dapat dinyalakan dan terbakar dengan nyala biru.

2KCN + 2H2SO4 + 2H2O → 2CO ↑ + K2SO4 + (NH)2SO4

f) Larutan sianida ditambahkan dengan larutan HCl encer akan menimbulkan asam sianida yang berbau seperti amandel pahit, dilepaskan dalam keadaan dingin.

KCN + HCL → HCN ↑ + KCl







KESIMPULAN

 Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan. Hidrogen sianida adalah cairan tidak berwarna atau dapat juga berwarna biru pucat pada suhu kamar. Bersifat volatile dan mudah terbakar .
 Sianida ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor, dan makanan seperti bayam, bambu, kacang, tepung tapioka dan singkong. Selain itu juga dapat ditemukan pada beberapa produk sintetik
 Gejala yang ditimbulkan oleh zat kimia sianida ini bermacam-macam; mulai dari rasa nyeri pada kepala, mual muntah, sesak nafas, dada berdebar, selalu berkeringat sampai korban tidak sadar
 Sianida termasuk dalam kelas A yaitu Anion yang melepaskan gas saat ditambahkan dengan asam klorida.
 Uji spesifik Sianida yaitu dengan menggunakan uji Biru Prussia, yang nantinya akan menghasilkan endapan biru.
 Dalam pengujian terhadap Sianida sebaiknya berhati-hati karena sinida ini sendiri sangat beracun bila melepaskan gas maka sebaiknya dilakukan di lemari asam.










DAFTAR PUSTAKA


 Baskin SI, Brewer TG. Cyanide Poisoning. Chapter. Pharmacology Division. Army Medical Research Institute of Chemical Defense, Aberdeen Proving Ground, Maryland. USA. Available from: www.bordeninstitute.army.mil/cwbw/Ch10.pdf. Access on: Nov 29, 2006.
 Anonymus. Hydrogen Cyanide (HCN).UN. available from : www.atsdr.cdc.gov/mhmi/mmg8.pdf. Access on: November 29, 2006
 Centers for Disease Control and Prevention. The Facts About Cyanides. New York State Department Of Health. New York. 2004. Available from: www.health.state.ny.us/nysdoh/bt/chemical_terrorism/docs/cyanide_general.pdf. Access on: November 29, 2006
 Anonymus. Fact About Cyanide.C. Departement Of Health and Human Service. Center for Disease Control and Prevention. 2003. Available from: www.bt.cdc.gov/agent/cyanide/basics/pdf/cyanide-facts.pdf. Access on: November 29, 2006
 Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Cyanide. Division of Toxicology and Environmental Medicine. Atlanta. 2006. Available from: www.atsdr.cdc.gov/tfacts8.pdf. Access on: November 29, 2006
 http://klikharry.wordpress.com/2006/12/14/keracunan-sianida/
 http://en.wikipedia.org/wiki/Cyanide
 http://emergency.cdc.gov/agent/cyanide/basics/facts.asp
 http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp8.pdf